ABU YAZID AL BUSTHAMI - RAJA PARA MISTIK BAG 1

Abu Yazid Al-Busthami adalah sufi abad ke III H berkebangsaan persia, lahir tahun 804 M/ 188H Nama kecilnya adalah Thoifur, sedangkan nama lengkapnya Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Beliau merupakan salah seorang Sulton Aulia, yang...

Risalah Penciptaan Manusia BAG 1 (Sumber Kejadia, Ruh Muhammadiyyah, Tuhan)

Allah SWT pertama kali menjadikan cahaya atau nur yang disebut Nur Muhammad, dari sifat Jamal-Nya (keindahan-Nya). Allah turunkan Nur itu dari tempat asal kejadiannya, yaitu Alam Lahut...

Dokumentasi Kegiatan

Berikut adalah sebagian atau beberapa dokumentasi baik kegiatan rutin ataupun tahunan yang diadakan oleh Perguruan Elang Perak RF Al-Hikmah dan seluruh jajaran yang terkait.

Apa Itu Hipnotis ?

“Hypnosis adalah suatu fenomena yang menarik dan seringkali mempertunjukkan kemampuan untuk mengendalikan orang lain. Hypnosis juga seringkali dikaitkan dengan wilayah-wilayah supranatural, magis, bahkan mistik, terutama bagi masyarakat timur yang sangat akrab dengan paradigma semacam ini.”

Nasihat Luar Biasa Imam Asy-Syafi'i

Beliau Rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orang tua terhina...

Monday, February 29, 2016

Risalah Penciptaan Manusia BAG 6 (Penciptaan Jasad Untuk Ruh, Ruh Dalam Badan, Ruh Dalam Hati)


* Penciptaan Jasad Untuk Ruh
Allah menciptakan Jasad (Badan) agar ruh dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh mempunyai nama tersendiri, dan Allah menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan ruh manusia diantara daging dan darah, selain itu menempatkan ruh suci ditengah hati manusia, suatu ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Allah dan hamba-Nya.
Ruh-ruh itu berdiam dianggota badan dengan tugasnya masing-masing, keberadaanya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam-macam barang sehingga mendatangkan berbagai hasil pula, seperti firman Allah SWT :
''Mereka membelanjakan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan dan mereka mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi'' (Fatir : 29 )


*Ruh Dalam Badan
Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insani manusia, tempat yang berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan masalah syariat karena dengan ini Allah menjaga dan mentabirkan keharmonisan alam nyata. Ruh tidak pernah mengingkari perintah Allah, tidak mengatakan tindakannya sebagai tindakannya sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Allah, segala tindakannya merupakan satu kesatuan dengan keberadaan Allah, tidak dapat perpisahan antara aku dengan Allah.
''barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal shaleh, dan tidak mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya'' (Al Kahfi : 110)
Dan Allah memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi berupa :1. Kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Allah di dunia ini yang dimanifestasikan dalam sifat-sifat Allah.2. Kemampuan melihat hal yang jamak dalam sesuatu yang tunggal dan yang tunggal dalam sesuatu yang jamak di mata kebanyakan orang awam.3. Kemampuan melihat hakikat di balik alam nyata.4. Perasaan dekat dengan Allah.


* Ruh Dalam HatiHati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut Tariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 (empat) Nama Allah, sebagaimana dengan 12 (dua belas) Nama Dzat Allah, 4 (empat) nama tidak berhuruf dan tidak berbunyi sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan :
''Katakanlah ; Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma’ al Husna (nama-nama yang terbaik)'' ( al Isra’ : 110)Manusia hendaknya berusaha mengetahui nama-nama Allah karena inti dari ilmu tasawwuf, kalimat Laa IlahaIlallaah melahirkan 12 (dua belas) nama Allah, setiap nama tercantum pada setiap huruf yang menyusun kalimat Laa IlahaIlallaah dan Allah akan memberikan nama kepada setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang.
1. Laa IlahaIlallaah -> Tiada Tuhan kecuali Allah.
2. Allah -> Nama Dzat.
3. Huwa -> Dia.
4. Al Haqq -> Yang Benar.
5. Al Hayy -> Yang Hidup.
6. Al Qayyum -> Yang berdiri sendiri -> Kepada-Nya segala sesuatu bergantung.
7. Al Qahhar -> Yang Maha berkuasa dan perkasa.
8. Al Wahhab -> Yang Maha Pemberi.
9. Al Fattah -> Yang Maha Pembuka.
10. Al Wahid -> Yang Satu.
11. Al Ahad -> Yang Maha Esa.
12. Al As Samad -> Sumber -.> Puncak segala sesuatu.
Pada setiap tingkatan ( 4 tingkatan) yang dilalaui ruh terdapat 3 (tiga) buah nama yang berbeda dengan cara inilah Allah dapat memegang hati kekasih-Nya yang sedang dalam perjalanan cinta menuju kepada-Nya.
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat'' ( Ibrahim : 27 )
Dalam pergerakan nya ruh selalu memandang ke Alam Malakut, alam yang identik dengan kebaikan dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para penghuni, cahaya dan para malaikat yang berada di dalamnya. Dan melakukan percakapan tanpa suara dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputar mencari rahasia-rahasia atau makna dalam batin dan setelah manusia kembali kepada Sang Pencipta, rahasia-rahasia itu akan bertahta diakhirat yaitu surga Na’im, surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada bandingnya. Tempat ruh yang paling tinggi adalah di tengah hati yaitu "Hati bagi Hati".

Risalah Penciptaan Manusia BAG 5 (Kekasih-NYA, Ruh Al-Quds)



* Kekasih dengan Kekasihnya
Hanya habib (yang pengasih) dapat mengenal Mahbub (yang dikasihi) dengan sempurnyanya. Orang yang dikasihi Allah itu serba indah pandangannya, tetapi terhijab (terlindungi) pada pandangan manusia lain, tidak diketahui manusia tetapi dikenali oleh Allah dan mudahlah bagi manusia ini untuk melayarkan bahteranya menuju pelabuhan induk keruhanian taman Hazirah al-Quds. Karena orang yang mencintai Allah adalah orang yang telah mengosongkan dirinya atau memfanakan dirinya, tidak terasa wujud dirinya hanya yang wujud ialah Allah saja.


* Ruh Al - Quds
Allah SWT mula-mula menciptakan atau menzahirkan Ruh Al Quds atau ruh suci dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzahiran yang paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi dan di kehendaki-Nya ruh itu untuk turun ke alam fana ini di peringkat yang paling rendah yaitu Alam Ajsam atau fidikal (konkret). Tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada ruh suci dan untuk mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Allah SWT.

Dan dalam perjalanannya dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling rendah, ruh suci tersebut menempuh berbagai alam atau peringkat, semula ia turun ke peringkat Akal semesta atau disebut peringkat Kesatuan (Allah dan Hamba-Nya) atau peringkat nama dan sifat atau lebih dikenal dengan Haqiqah Muhammadiyyah.
Dan bersamaan dengan ruh suci tersebut telah disediakan pula dalam dirinya benih-benih keEsaan (tauhid) agar senantiasa mengenali penciptanya yang Esa itu. Dalam perjalanan mengarungi alam-alam peringkat Allah membekalinya dengan selimut pakaian Nur Allah (Cahaya) Dan mendapat gelar ruh Martabat Tertinggi karena tingginya derajat yang diberikan Tuhan sejak ia diciptakan.
Peringkat selanjutnya adalah peringkat Alam Malakut, disini Ruh suci disebut Ruh Bergerak atau Ruh Berpindah, mimpi yang benar termasuk dalam alam ini, dan selanjutnya ia akan masuk ke Alam Kebendaan, atau kebadanan atau Jism atau fisikal, ia mendapat pakaian jasmani yang berasal dari darah, daging, urat, tulang, dan sebagainya.
lalu diberi gelar Ruh Insan atau Ruh Manusia, Ruh suci diberi baju kasar agar dunia selamat dari kehancuran, karena bila alam kebendaan bersentuhan langsung dengan Ruh suci maka alam kebendaan akan hangus menjadi abu.
Ruh suci dihantarkan ke tempat terendah agar ia mencari jalan kembali keasalnya yaitu berpadu atau berdampingan dengan Allah SWT seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini wajar bila ia menanan benih rasa kesatuan dan keEsaan dan ia akan berusaha menyuburkan rasa bersatu dengan Allah SWT , Tuhan yang Menciptakannya .

Dalam bumi, hati ruh suci itu tertanam benih keyakinan yang dibekalkan kepadanya oleh Allah dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok sebuah keyakina yang mengahsilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa ruh itu kembali naik ke tingkat demi tingkat hingga sampai ke hadirat Allah SWT.

Bersambung...

Sunday, February 28, 2016

Risalah Penciptaan Manusia BAG 4 (Taqarrub Ilallah, Cara Bertaqarrub Ilallah)


* Taqarrub Ilallah
"Dan tiada bertaqarrub kepada-Ku seorang hamba dengan sesuatu yang lebih Ku sukai daripada menjalankan kewajibannya" (H.R. Bukhari)
Taqarrub mendorong manusia untuk BersuciHendaknya seseorang berusaha mencapai destinasi (tempat yang dituju) dalam hidupnya dibumi ini, karena pada tingkat ini tidak ada perbedaan antara terjaga dan tertidur, karena dalam keadaan tidurpun ruh dapat melihat tempat asalnya, yaitu alam ruh dan kemudian kembali kejasad dengan membawa berita. Inilah mimpi yang benar dan peristiwa semacam ini ada 2 (dua) jenis :
- Pertama : Dengan peristiwa yang terjadi secara sebagian atau setengah-setengah saja seperti dalam mimpi.
- Kedua : Dengan Peristiwa yang utuh terjadi seperti Isra mi'roj Nabi Muhammad SAW.
Firman Allah SWT : ''Allah memegang jiwa (orang) yang mati dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya, maka ditahanNya jiwa (orang) yang telah ditetapkan matinya dan ia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir'' (Az-Zumar : 42)
Tidurnya orang yang bijaksana lebih baik dari pada ibadahnya orang yang jahil dan orang yang bijaksana adalah orang yang mencapai tahap ma'rifatullah dan semuanya dapat dicapai dengan Dzikrullah yang menenggelamkan dirinya de dalam Nurullah dan dalam Keesaan Allah.

* Cara BerTaqarrub Ilallah
Cara yang baik untuk mencapai martabat kedekatan adalah dengan meditasi atau tafakur untuk mengenali hakikat Allah karena mengenali Dzat Allah adalah wajib bagi orang yang mengaku beriman kepada Allah.Nabi Bersabda : ''Tafakur sesaat itu adalah lebih baik dari setahun ibadah, lebih baik dari 70 tahun ibadah bahkan lebih baik dari 1000 tahun ibadah''Ada 3 (tiga) perkara tentang tafakur atau meditasi ini :
- Pertama : Barang siapa bertafakur tentang suatu hal dan menyelidiki sebabnya, ia akan mendapat setiap bagian dari hal itu dan mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan banyak lagi hal-hal yang lain, dan inilah tafakur yang nilainya setahun ibadah.
- Kedua : Barang siapa bertafakur tentang ibadahnya dan mencari sebabnya dan mengenal seba itu, maka tafakurnya bernilai 70 tahun ibadah.
- Ketiga : Barang siapa yang tafakur tentang mengenal Allah dengan azam yang kuat untuk mengenalNya, maka tafakurnya itu bernilai 1000 tahun ibadah.


"Orang yang cinta memiliki pandangan Mata Basirah. Orang yang tak cinta, buta matanya tak menentu arah. Cinta itu Sayap bukan daging dan darah, Boleh menerbangkannya kealam malaikat dan berjumpa Allah SWT"

Risalah Penciptaan Manusia BAG 3 (Hati Laksana Anak, Kembali Ke Asal)


* Hati Laksana Anak
Hati bagaikan anak yang harus dijaga, Dalam dunia sufi, menyebut keadaan ruhani itu sebagai 'Tifli' yang berarti bayi atau anak-anak, dan bayi hati adalah kesadaran orang-orang sufi yang diberikan karunia ilham tinggi oleh Ilahi. Kesadaran juga adalah insan yang sebenarnya, yang tidak terpisah dengan Khaliqnya. Dan kesadaran inilah yang mewakili insan yang sebenarnya, didalamnya tidak ada Jism (kebadanan) dan tidak menganggap dirinya sebagai jism, tidak ada hijab (tirai) karena nur yang memancar melalui pintu hati terus menjurus menuju kehadirat Dzat Allah yang mencipta.
Rasulullah pernah bersabda : bahwa di waktu-waktu tertentu ketika Baginda hanya berdua dengan Allah, tidak ada sispapun menjadi pengantar atau penghalang baik itu malaikat yang dekat dengan Allah (Nur Muhammad) yang merupakan pendzahiran pertama sekalipun ataupun Nabi dan Rosul,
''Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat'' ( al-Qiyamah: 22-23)
Nabi mengatakan, bila pada hari itu kita melihat Allah dengan sangat jelas seperti bulan purnama dan inilah kesadaran tinggi yang bila makhluk, malaikat, menghampirinya maka wujud jasmani atau fisiknya akan hangus terbakar menjadi abu dan seandainya tirai yang menutup sifat Jalal-Nya itu disingkap sedikit saja oleh Allah, niscaya segalanya akan hangus sejauh mata memandang, tapi tidak demikian bila itu dikehendaki oleh Penciptannya seperti yang dialami oleh Rasulullah SAW.

* Kembali Ke Asal
Manusia terdiri dari sifat jasmani dan ruhani, fisikal dan spiritual, badan dan ruh, kebendaan dan kejiwaan, zahir dan batin. Dan pada segi lahirnya umumnya sama saja tapi dari keruhaniannya pasti berbeda dan tingkatan nya diukur menurut makrifatnya kepada Allah. Dan untuk mencapai tingkatan tertinggi maka seseorang menerapkan 3 (tiga) tujuan yang sebenarnya adalah 3 (tiga) surga :
- Ma’wa (surga tempat kedamaian dan ketenangan) ini adalah surga dengan cirri kebendaan.
- Na’im (surga tempat nikmat Allah) dalam peringkat kemalaikatan.
- Firdaus (surga tinggi dalam peringkat keesaan atau kesatuan (dengan Allah), tempat tinggal para ruh, peringkat nama-nama (Asma) dan sifat Allah.

Bersambung...

Risalah Penciptaan Manusia BAG 2 (Basyirah Dan Mata Hati, Allah Laksana Harta, Ilmu Zahir)


* Basyirah dan Mata Hati
Allah memberi manusia mata kasar agar dapat melihat segala yang zahir atau lahir dan untuk melihat hal gaib, Allah telah mengkaruniai suatu penglihatan yang halus dalam hati yang dikenal denga Basirah yakni mata hati atau mata ruh, dan ini akan terbuka dalam hati orang-orang yang dekat atau kuat taqarub nya dengan Allah dan tidak ada kekuasaan apapun di bumi ini yang dapat memberikan basirah, karena manusia sangat memerlukannya untuk sampai kealam gaib yang merupakan rahasia-rahasia Tuhan, dan hanya orang-orang tertentu yang dikaruniai khusus oleh-Nya.
"yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami" (al kahfi : 65)
Dan masuklah kembali menjadi golongan orang yang berjalan kembali meuju Allah, jangan menunggu sampai jalan tersebut tidak bisa dilalui lagi.
''Dan bersegeralah kamu menuju ampunan Tuhanmu dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkanhkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan'' ( Ali Imran :133-134)
Ajaran risalah yang disampaikan pada manusia memiliki 2 (dua) kategori, nyata dan tidak, zahir dan batin, syariat dan ilmu atau hikmah, dan bila zahir dan batin bersatu, barulah seseorang itu dapat mencapai taraf hakikat,
"Antara keduanya ada batas yang tidak dapat dilampaui oleh masing-masing" ( Ar Rahman : 20)
Hakikat tidak dapat dicapai hanya melalui ilmu yang diperoleh Panca Indera, karena dengan hanya mengandalkan ini manusia tidak akan mengenal Yang asal atau Dzat.

* Allah Laksana Harta
Manusia diciptakan untuk mengenal Allah SWT, Seandainya kita tidak mengenal Allah, bagaimana kita mau menyembah-Nya? dan memohon pertolongan-Nya?
Hikmah atau ilmu sangat diperlukan untuk mengenal Dia, dengan menyingkapi tirai hitam yang menutupi cermin hati. Allah ibarat harta yang tersembunyi dan Ia ingin dikenali, maka dijadikanlah makhluk untuk mengenal Dia.
Dalam sebuah hadits qudsi ''Aku laksana harta yang tersembunyi. Aku ingin dikenali, karena itu Aku menciptakan makhluk'', jadi merupakan kewajiban bagi kita untuk mengenali-Nya, dan jelas bahwa tujuan Allah menciptakan insan adalah untuk mencari ilmu untuk mengenali-Nya, dan ada 2 (dua) peringkat ilmu ma’rifah.
- Pertama : ilmu untuk mengela sifat-sifat Allah dan pendzahir kekuasaan-Nya.
- Kedua : ilmu untuk mengenal Dzat Allah dan ini berpegang pada ruh al qudz (ruh suci) yang diberikan pada setiap insan agar dapat mengenali rahasia-rahasia akhirat.
''...dan kami memperkuatnya dengan ruh al quds...'' (al baqarah :87).
Mereka yang mengenal Dzat Allah akan memperoleh ilmu melalui ruh suci yang terpendam dalam diri mereka masing-masing, baik yang ada dilidah kita ataupun hati kita.

* Ilmu Zahir
Harus diakui bahwa manusia memerlukan ilmu keyakinan (agama) untuk mengenal Allah, melalui agama manusia akan belajar pendzahiran (manifestasi) Dzat Allah yang terbayang dalam alam sifat dan nama (asma) Allah yang ada dimuka bumi ini. Dan seseorang harus berakhlak mulia dan menghindari dosa dan harus melawan nafsu dan egonya dan ini merupakan perjalanan yang panjang dan sulit.
''maka barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia menyekutukan Allah dalam ibadah kepada-Nya''( al kahfi: 110)
Ruh al Qudz tersebut diciptakan dalam wajah yang paling indah, dan keindahannya di hujamkan dalam hati dan di amanahkan pada insan untuk menjaganya dan tingkatan ini dapat dicapai dengan taubat nasuhah.

"Ingatlah, bahwa dengan mengingat Allah maka hati menjadi tentram" ( ar Ra;d :28).

Bersambung...

Risalah Penciptaan Manusia BAG 1 (Sumber Kejadia, Ruh Muhammadiyyah, Tuhan)


* Sumber Kejadian
Allah SWT pertama kali menjadikan cahaya atau nur yang disebut Nur Muhammad, dari sifat Jamal-Nya (keindahan-Nya).
Allah turunkan Nur itu dari tempat asal kejadiannya, yaitu Alam Lahut (alam ketuhanan) ke Alam Asma Allah (nama-nama yaitu alam Penciptaan sifat-sifat Allah atau alam Akal Ruh Semesta). Dari alam Asma Allah ruh-ruh itu turun ke alam Malakut. Disitu ruh-ruh itu dipakaikan dengan pakaian kemalaikatan yang gemerlap. Kemudian mereka diturunkan ke alam Kebendaan atau Ajsam yang terjadi dari unsur api, air, angin (udara) dan tanah. Maka ruh itu dibentuk dengan diberi badan yang terjadi dari darah, daging, tulang, urat dan sebagainya.

Rasulullah bersabda : bahwa yang pertama diciptakan oleh Allah adalah ruh Muhammad, ia diciptakan dari cahaya Ketuhanan, dan selanjutnya yang diciptakan pertama kali adalah Qalam (pena) dan akal. Disinilah kita tahu bahwa yang dilahirkan dan diciptakan pertama kali adalah suatu realitas ghaib dan bersifat rohani yang disebut : Nur, Ruh, Qalam, dan Akal dan ini merupakan realitas yang mempunyai banyak nama menurut fungsinya dan dari sudut mana kita memandangnya (Al-Maidah : 15).
Dalam dunia sufi ini disebut Hakikat Muhammad (Realitas atau Hakikat) atau diberi gelar Aql al-Kull (akal Semesta) karena ia tahu dan melihat segala sesuatu, ia diberi gelar Qalam karena ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan, ia juga digelari ruh karena ia hidup, bukan mati. Dan ruh itulah terbitnya segala yang hidup, oleh karena ia hidup maka digelari Ruh.

*Ruh Muhammadiyyah
Atau Ruh Muhammad adalah Dzat atau sumber segala yang berwujud. Dialah yang awal dan menjadi hakikat alam semesta. Allah SWT menciptakan segala ruh dari ruhnya.
Muhammad adalah nama bagi insan dalam alam gaib (alam berkumpulnya ruh-ruh). Ia menjadi sumber dan asal segala perkara. Allah menciptakan alam karena Allah akan menciptakan Muhammad SAW. Dan tanda-tanda ini tepat, seperti yg dilihat oleh bapak semua umat manusia, yaitu Adam As, ketika selesai proses penciptaan, Adam melihat nama Muhammad di pintu surga bersanding dengan nama Allah, dan mengertilah Adam bahwa orang yang memiliki nama itu adalah semulia-mulianya manusia yang akan diciptakan Tuhan diantara semua ciptaan-Nya di kemudian hari. Setelah lahirnya Nur Muhammad, Allah menciptakan pula "Arsy", dan kelahiran Muhammad juga diikuti dengan penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta arsy-Nya. Peristiwa ini berlaku menurut kehendak Allah dan masyi'ah-Nya, dan kemudian Allah menurunkan  ruh atau makhluk-makhluk itu ke peringkat yang paling rendah, yaitu Alam  Ajsam atau alam kebendaan yang konkret dan nyata, seperti disebutkan dalam ayat ini : "Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya" (At-Tiin : 5)

*Tuhan
Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, Tidaklah sekali-sekali Dia pernah membiarkan ruh-ruh berada dalam kesesatan dan kejahilan, untuk itulah diutus para Rosul dan Kitab agar tidak lalai,
"Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami (dan kami peritahkan kepadanya ) Keluarkanlah kaummu dari kegelapan menuju cahaya terang benderang dan ingatkan mereka akan hari-hari Allah" (Ibrahim : 5)
Manusia diharapkan dapat menegakkan sifat Al Jamal (indah) karena Allah itu indah dan dari sinilah manusia akan menjejakkan kakinya di titian hakikah untuk mengenal Allah SWT serta Ber-Taqarrub kepada Dzat-Nya yang Maha Besar :
"katakanlah, Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata" (Yusuf : 108)

Bersambung...

Thursday, February 25, 2016

Nasihat Luar Biasa Imam Asy-Syafi'i


Beliau Rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,
Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.
Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.
Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.
Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.

Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan 6 (enam) syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini :

* Cerdik.
* Perhatian tinggi.
* Sungguh - sungguh.
* Bekal.
* Dengan bimbingan Guru.
* Dan panjangnya masa.

Setiap ilmu selain Al-Qur’an akan melalaikan diri kecuali ilmu Hadits dan Fiqih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan Riwayat dan Sanad maka selain itu hanya was - was setan.
Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.
Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya.
Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.
Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.

"Dengan Ilmu Hidup Menjadi Mudah, Dengan Seni Hidup Menjadi Indah, Dengan Agama Hidup Menjadi Terarah, Tanpa Itu Semua Apalah Adanya Hidup".
"Ilmu Laksana Payung - Payung Yang Tidak Menjamin Tidak Turunnya Hujan, Tetapi Menjamin Kamu Tidak Basah Ketika Hujan Turun".
( Al'Mukarram Aa Randy Fathoni GMIH, GMSA, CMH, C.H, C.Ht, MNLP ).

Baca juga artikel ABU YAZID AL BUSTHAMI - RAJA PARA MISTIK BAG 1

Sunday, February 21, 2016

AGAMA ZOROASTER


Saat ini sekitar 100 ribu pemeluk Majusi berada di Bombay, India. Majusi adalah suatu agama atau kepercayaan yang mengagungkan api sebagai sesembahan atau Tuhan. Mereka disebut orang-orang Majus dari Timur yang datang menyembah bayi Kristus di malam natal (sering disimbolkan dengan empat raja datang membawa persembahan berupa emas, dupa, dan minyak mur). Dalam Alquran, kata Majusi disebutkan pada surah Al-Hajj [22]: 17. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi`iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi, dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya, Allah menyaksikan segala sesuatu.” (QS Al-Hajj [22]: 17).

Dalam hadis, agama Majusi ini juga pernah disinggung Rasulullah SAW. ‘’Sesungguhnya, setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Dan, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai Nasrani, Yahudi, atau Majusi.” (HR Bukhari).

Menurut sejarahnya, agama Majusi ini didirikan oleh Zoroaster yang berasal dari Persia, Iran. Konon, agama ini dikenal sebagai agama yang mempercayai satu Tuhan (monoteisme), yaitu tuhan kebaikan. Dalam kepercayaan Majusi, tuhan kebaikan ini disebut dengan Ahura Mazda.
Lawan dari tuhan kebaikan adalah tuhan keburukan, yaitu Ahriman.

Menurut sebagian riwayat, Zoroaster (atau disebut Zarathustra) adalah seorang yang sangat alim. Dialah pencetus ajaran Zoroastrianisme yang dianut oleh bangsa Persia. Dalam kehidupan bangsa Persia, Zoroaster dianggap sebagai seorang tokoh penting dalam sejarah Persia. Bahkan, ada pula yang menyebut dirinya seorang nabi. Namun, terjadi perbedaan pendapat di kalangan sejarawan mengenai kehidupannya. Ia diperkirakan hidup antara tahun 1700 SM, tetapi adapula yang menyebutkan abad ke-6 SM. Beberapa literatur menyebutkan, daerah tempat Zoroaster hidup dikaitkan dengan Kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Cyrus Yang Agung pada pertengahan abad ke-16 SM. Dalam masa dua abad kemudian, agama ini diterima oleh raja-raja Persia dan memperoleh pengikut yang cukup banyak.

Sesudah kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Aleksander Yang Agung (Alexander The Great) pada akhir abad ke-4 SM, agama Zoroaster mengalami kemunduran. Akan tetapi, pada masa Dinasti Sassanid (226 SM), agama Zoroaster diterima sebagai agama resmi negeri Persia. Dan, sesudah ditaklukkan Arab pada abad ke-7 Masehi, sebagian besar penduduk Persia memeluk agama Islam. Sekitar abad ke-10, sebagian penganut agama Zoroatser lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana, mereka dan anak keturunannya pergi ke India dan mendirikan koloni (komunitas). Orang Hindu menyebut mereka dengan Parsees, artinya orang yang berasal dari Persia. Hingga kini, jumlah mereka mencapai 100 ribu orang. Mereka tinggal di India, terutama di dekat Bombay.

Zoroastrianisme sendiri tak lenyap seluruhnya di Iran. Hingga kini, jumlah pengikutnya di Iran mencapai 20 ribu orang. Dalam The Miracle 15 in 1 Syaamil Al-Qur’an disebutkan, Majusi adalah sebutan dalam Islam bagi penganut yang mengikuti agama Zoroaster (Zarathustra) dari Persia, Iran. Zarathustra merombak agama Indo-Eropa. Dewa-dewa diturunkan derajatnya menjadi sekadar malaikat, sementara Tuhan dianggap sebagai esa (satu), yakni Ahura Mazda.

Dalam perang Kosmos, Ahura Mazda ini selalu bertarung dengan penguasa kegelapan yang bernama Ahriman. Belakangan Ahriman diadopsi orang-orang Ibrani sebagai setan, Iblis, Azazil, atau Lucifer. Pada awal kemunculan Islam, Majusi merupakan satu ajaran yang tersebar di tengah masyarakat Persia. Ajaran ini bahkan menjadi agama resmi Dinasti Sassanian sejak pertengahan abad ke-3 SM.

ABU YAZID AL BUSTHAMI - RAJA PARA MISTIK BAG 1


Abu Yazid Al-Busthami adalah sufi abad ke III H berkebangsaan persia, lahir tahun 804 M/ 188H Nama kecilnya adalah Thoifur, sedangkan nama lengkapnya Abu Yazid Thoifur bin Isa bin Surusyan al-Busthami. Beliau merupakan salah seorang Sulton Aulia, yang juga sebagai salah satu Syeikh yang ada dalam silsilah dalam thoriqoh Sadziliyah dan beberapa thoriqoh yang lain. Dalam literatur -literatur tasawuf, namanya sering ditulis dengan Bayazid Bastami. Setelah dikaruniai seorang putra bernama Yazid, ia kemudian lebih dikenal dengan nama Abu Yazid (arti: Ayah Yazid). Al-Busthami sendiri adalah nisbah (ditujukan) pada daerah kelahirannya Bustam, Qumis, didaerah tenggara laut kaspia, iran. Ayahnya bernama Isa (salah satu diantara orang-orang terkemuka dibustam), sedangkan Kakeknya bernama Surusyan, yang mana keduanya beragama Majusi ( Agama bangsa Persia yang mengajarkan penyembahan kepada api dan berhala yang didirikan oleh Zoroaster {Baca selengkapnya Agama Majusi DISINI!!!} ), namun kemudian masuk islam. Kedua orangtuanya Abu Yazid adalah muslim yang taat, shaleh, wara (sederhana dan mementingkan kehalalan rizki yang dicari dan diterima), serta zuhud (berperilaku seperti yang dilakukan para pendahulu yang suka berbuat baik, meningkatkan hubungan dengan Allah untuk mencapai derajat yang mulia dan tinggi). Sedangkan, kakaknya bernama Adam dan adiknya bernama Ali yang juga sufi. Ada sufi yang memiliki nama hampir mirip dengannya, yakni Abu Yazid dan Taifur Al Bistami Al-Asghar. Data hidup yang dimilikinya sangatlah terbatas. Info-info mengenai dirinya di dapat dari Tayfur (cucu dari Adam). Selain itu, biografi Abu Yazid juga diketahui melalui tokoh-tokoh lain yang pernah berjumpa serta mencatat ucapan-ucapannya, seperti Abu Musa al-Dabili, Abu Ishaq al-Harawi, dan lain-lain. Abu Yazid Meninggal pada tahun 874 M / 261 H.

Kehidupan Abu Yazid yang luar biasa bermula sejak ia masih berada dalam kandungan. "Setiap kali aku menyuap makanan yang kuragukan kehalalannya", ibunya sering berkata pada Abu Yazid, "engkau yang masih berada didalam rahimku memberontak dan tidak mau berhenti sebelum makanan itu kumuntahkan kembali". Pernyataan itu dibenarkan oleh Abu Yazid sendiri. Setelah sampai waktunya, si ibu mengirim Abu Yazid ke sekolah untuk mempelajari Al Qur-an. Pada suatu hari gurunya menerangkan arti satu ayat dari surat Luqman yang berbunyi, "Berterima kasihlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu".

Ayat ini sangat menggetarkan hati Abu Yazid, ia lalu meletakkan batu tulisnya dan berkata kepada gurunya, "ijinkanlah aku pulang, ada yang hendak kukatakan pada ibuku". Si guru memberi ijin, Abu Yazid lalu pulang kerumah. Ibunya menyambut dengan kata-kata,"Thoifur, mengapa engkau sudah pulang ? Apakah engkau mendapat hadiah atau adakah sesuatu kejadian istimewa ?". "Tidak" jawab Abu Yazid, "Pelajaranku sampai pada ayat dimana Allah memerintahkan agar aku berbakti kepada-Nya dan kepada engkau wahai ibu. Tetapi aku tak dapat mengurus dua rumah dalam waktu yang bersamaan. Ayat ini sangat menyusahkan hatiku. Maka wahai ibu, mintalah diriku ini kepada Allah sehingga aku menjadi milikmu seorang atau serahkanlah aku kepada Allah semata sehingga aku dapat hidup untuk Dia semata". "Anakku" jawab ibunya, "aku serahkan engkau kepada Allah dan kubebaskan engkau dari semua kewajibanmu terhadapku. Pergilah engkau menjadi hamba Allah".

Di kemudian hari Abu Yazid berkata, "Kewajiban yang semula kukira sebagai kewajiban yang paling ringan, ternyata merupakan kewajiban yang paling utama. Yaitu kewajiban untuk berbakti kepada ibuku. Di dalam berbakti kepada ibuku, itulah kuperoleh segala sesuatu yang kucari, yakni segala sesuatu yang hanya bisa dipahami lewat tindakan disiplin diri dan pengabdian kepada Allah".

Kejadiannya adalah sebagai berikut : Pada suatu malam, ibu meminta air kepadaku. Maka akupun mengambilnya, ternyata didalam tempayan kami tak ada air. Kulihat dalam kendi, tetapi kendi itupun kosong. Oleh karena itu, aku pergi kesungai lalu mengisi kendi tersebut dengan air. Ketika aku pulang, ternyata ibuku sudah tertidur. Malam itu udara terasa dingin. Kendi itu tetap dalam rangkulanku. Ketika ibu terjaga, ia meminum air yang kubawa kemudian mendo’akanku. Waktu itu terlihatlah olehku betapa kendi itu telah membuat tanganku kaku. "Mengapa engkau tetap memegang kendi itu ?" ibuku bertanya. "Aku takut ibu terjaga sedang aku sendiri terlena", jawabku. Kemudian ibu berkata kepadaku, "Biarkan saja pintu itu setengah terbuka". Sepanjang malam aku berjaga-jaga agar pintu itu tetap dalam keadaan setengah terbuka dan agar aku tidak melalaikan perintah ibuku. Hingga akhirnya fajar terlihat lewat pintu, begitulah yang sering kulakukan berkali-kali.

Abu Yazid melakukan disiplin diri dengan terus menerus dan berpuasa di siang hari dan bertirakat sepanjang malam. Ia belajar di bawah bimbingan seratus tiga belas guru spiritual dan telah memperoleh manfaat dari setiap pelajaran yang mereka berikan. Diantara guru-gurunya itu ada seorang yang bernama Shadiq. Ketika Abu Yazid sedang duduk dihadapannya, tiba-tiba Shadiq berkata kepadanya,"Abu Yazid, ambilkan buku yang di jendela itu". "Jendela? Jendela yang mana ? "tanya Abu Yazid". Telah sekian lama engkau belajar di sini dan tidak pernah melihat jendela itu ? "Tidak", jawab Abu Yazid, "apakah peduliku dengan jendela. Ketika menghadapmu, mataku tertutup terhadap hal-hal lain. Aku tidak datang kesini untuk melihat segala sesuatu yang ada di sini". "Jika demikian", kata si guru, "kembalilah ke Bustham. Pelajaranmu telah selesai".

Abu Yazid mendengar bahwa di suatu tempat ada seorang guru besar. Dari jauh Abu Yazid datang untuk menemuinya. Ketika sudah dekat, Abu Yazid menyaksikan betapa guru yang termasyhur itu meludah ke arah kota Makkah (diartikan menghina kota Makkah), karena itu segera ia memutar langkahnya."Jika ia memang telah memperoleh semua kemajuan itu dari jalan Allah", Abu Yazid berkata mengenai guru tadi,"niscaya ia tidak akan melanggar hukum seperti yang dilakukannya". Diriwayatkan bahwa rumah Abu Yazid hanya berjarak empat puluh langkah dari sebuah masjid, ia tidak pernah meludah ke arah jalan dan menghormati masjid itu. Setiap kali Abu Yazid tiba di depan sebuah masjid, beberapa saat lamanya ia akan berdiri terpaku dan menangis."Mengapa engkau selalu berlaku demikian ? "tanya salah seseorang kepadanya. "Aku merasa diriku sebagai seorang wanita yang sedang haid. Aku merasa malu untuk masuk dan mengotori masjid", jawabnya. (Lihatlah do’a Nabi Adam atau do’a Nabi Yunus a.s "Laa ilaha ila anta Subhanaka inni kuntum minadholimin", Tidak ada tuhan melainkan engkau ya Allah, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang dholim. Atau lihat do’a Abunawas, "Ya Allah kalau Engkau masukkan aku ke dalam sorga, rasanya tidaklah pantas aku berada di dalamnya. Tetapi kalau aku Engkau masukkan ke dalam neraka, aku tidak akan tahan, aku tidak akan kuat ya Allah, maka terimalah saja taubatku").

Suatu ketika Abu Yazid di dalam perjalanan, ia membawa seekor unta sebagai tunggangan dan pemikul perbekalannya."Binatang yang malang, betapa berat beban yang engkau tanggung. Sungguh kejam!", seseorang berseru. Setelah beberapa kali mendengar seruan ini, akhirnya Abu Yazid menjawab, "Wahai anak muda, sebenarnya bukan unta ini yang memikul beban". Kemudian si pemuda meneliti apakah beban itu benar-benar berada diatas punggung onta tersebut. Barulah ia percaya setelah melihat beban itu mengambang satu jengkal di atas punggung unta dan binatang itu sedikitpun tidak memikul beban tersebut. "Maha besar Allah, benar-benar menakjubkan!", seru si pemuda."Jika kusembunyikan kenyataan yang sebenarnya mengenai diriku, engkau akan melontarkan celaan kepadaku", kata Abu Yazid kepadanya. "Tetapi jika kujelaskan kenyataan itu kepadamu, engkau tidak dapat memahaminya. Bagaimana seharusnya sikapku kepadamu ?".

MI’ROJ

Abu Yazid berkisah, "Dengan tatapan yang pasti aku memandang Allah setelah Dia membebaskan diriku dari semua makhluk-Nya, menerangi diriku dengan Cahaya-Nya, membukakan keajaiban-keajaiban rahasia-Nya dan menunjukkan kebesaran-Nya kepadaku. Setelah menatap Allah akupun memandang diriku sendiri dan merenungi rahasia serta hakekat diri ini. Cahaya diriku adalah kegelapan jika dibandingkan dengan Cahaya-Nya, kebesaran diriku sangat kecil jika dibandingkan dengan kebesaran-Nya, kemuliaan diriku hanyalah kesombongan yang sia-sia jika dibandingkan dengan kemuliaan-Nya. Di dalam Allah segalanya suci sedang didalam diriku segalanya kotor dan cemar. Bila kurenungi kembali, maka tahulah aku bahwa aku hidup karena cahaya Allah. Aku menyadari kemuliaan diriku bersumber dari kemuliaan dan kebesaran-Nya. Apapun yang telah kulakukan, hanya karena kemaha kuasaan-Nya. Apapun yang telah terlihat oleh mata lahirku, sebenarnya melalui Dia. Aku memandang dengan mata keadilan dan realitas. Segala kebaktianku bersumber dari Allah, bukan dari diriku sendiri, sedang selama ini aku beranggapan bahwa akulah yang berbakti kepada-Nya. Hiasilah diriku dengan ke-Esaan-Mu, sehingga apabila hamba-hamba-Mu memandangku yang terpandang oleh mereka adalah ciptaan-Mu. Dan mereka akan melihat Sang Pencipta mata, bukan diriku ini".
Keinginanku ini dikabulkan-Nya. Ditaruh-Nya mahkota kemurahan hati ke atas kepalaku dan Ia membantuku mengalahkan jasmaniku. Setelah itu, Dia berkata, "temuilah hamba-hamba-Ku itu". Maka kulanjutkan pula pengembaraan yang tak berkesudahan di lautan tanpa tepi itu untuk beberapa lama, aku katakan, "Tidak ada seorang manusiapun yang pernah mencapai kemuliaan yang lebih tinggi daripada yang telah kucapai ini. Tidak mungkin ada tingkatan yang lebih tinggi daripada ini". Tetapi ketika kutajamkan pandangan ternyata kepalaku masih berada di telapak kaki seorang Nabi. Maka sadarlah aku, bahwa tingkat terakhir yang dapat dicapai oleh manusia-manusia suci hanyalah sebagai tingkatan awal dari kenabian. Mengenai tingkat terakhir dari kenabian tidak dapat kubayangkan. Kemudian ruhku menembus segala penjuru di dalam kerajaan Allah. Surga dan neraka ditunjukkan kepada ruhku itu tetapi ia tidak peduli. Apakah yang dapat menghadang dan membuatnya peduli ?
Semua sukma yang bukan Nabi yang ditemuinya tidak dipedulikannya. Ketika Ruhku mencapai sukma manusia kesayangan Allah, Nabi Muhammad SAW, terlihatlah olehku seratus ribu lautan api yang tiada bertepi dan seribu tirai cahaya. Seandainya kujejakkan kaki ke dalam lautan api yang pertama itu, niscaya aku hangus binasa.
Aku sedemikian gentar dan bingung sehinga aku menjadi sirna. Tetapi betapapun besar keinginanku, aku tidak berani memandang tiang perkemahan Muhammad Rasulullah Saw. Walaupun aku telah berjumpa dengan Allah, tetapi aku tidak berani berjumpa dengan Muhammad Rasulullah Saw. Kemudian Abu Yazid berkata, "Ya Allah, segala sesuatu yang telah terlihat olehku adalah aku sendiri. Bagiku tiada jalan yang menuju kepada-Mu selama aku ini masih ada. Aku tidak dapat menembus keakuan ini, apakah yang harus kulakukan?" Maka terdengarlah perintah, "Untuk melepas keakuanmu itu ikutilah kekasih Kami, Muhammad Saw. Usaplah matamu dengan debu kakinya dan ikutilah jejaknya. Maka terjunlah aku ke dalam lautan api yang tak bertepi dan kutenggelamkan diriku kedalam tirai-tirai cahaya yang mengelilingi Muhammad Rasululah Saw. Dan kemudian tak kulihat diriku sendiri, yang kulihat Muhammad Rasulullah Saw. Aku terdampar dan kulihat Abu Yazid berkata," aku adalah debu kaki Muhammad, maka aku akan mengikuti jejak beliau Saw.

Suatu hari Abu Yazid berjalan-jalan dengan beberapa orang muridnya. Jalan yang sedang mereka lalui sempit dan dari arah yang berlawanan datanglah seekor anjing. Abu Yazid menyingkir kepinggir untuk memberi jalan kepada binatang itu. Salah seorang murid tidak menyetujui perbuatan Abu Yazid ini dan berkata, "Allah Yang Maha Besar telah memuliakan manusia di atas segala makhluk-makhluk-Nya. Abu Yazid adalah "Raja diantara kaum mistik", tetapi dengan ketinggian martabatnya itu beserta murid-muridnya yang taat masih memberi jalan kepada seekor anjing. Apakah pantas perbuatan seperti itu ? "Abu Yazid menjawab, "Anak muda, anjing tadi secara diam-diam telah berkata kepadaku, "Apakah dosaku dan apakah pahalamu pada awal kejadian sehingga aku berpakaian kulit anjing dan engkau mengenakan jubah kehormatan sebagai raja diantara para mistik? "Begitulah yang sampai dalam pikiranku dan karena itulah aku memberi jalan kepadanya".

Ada seorang pertapa di antara tokoh suci terkenal di Bustham yang mempunyai banyak pengikut dan pengagum, tetapi ia sendiri senantiasa mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Abu Yazid. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau. Pada suatu hari berkatalah ia kepada Abu Yazid, "pada hari ini genap tiga puluh tahun lamanya aku berpuasa dan memanjatkan do’a sepanjang malam sehingga aku tidak pernah tidur. Namun pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pernah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu". "Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati". "Mengapa demikian ? "tanya si murid. "Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri", jawab Abu Yazid. "Apakah yang harus kulakukan ?", tanya si murid pula. "Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya", jawab Abu Yazid. "Akan kuterima !. Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan". "Baiklah!", jawab Abu Yazid. "Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang dilehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka,"Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku". Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat dimana orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan". "Maha besar Allah! Tiada Tuhan kecuali Allah", cetus si murid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu. "Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim", kata Abu Yazid. "Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Allah". "Mengapa begitu ?", tanya si murid. "Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Allah. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Allah ?". "Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain", si murid keberatan. "Hanya itu yang dapat kusarankan", Abu Yazid menegaskan. "Aku tak sanggup melaksanakannya", si murid mengulangi kata-katanya. "Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku", kata Abu Yazid.
(Besi mesti dipanasi untuk dijadikan pedang, batu kotor mesti digosok supaya jadi berlian. "Gosoklah berlian imanmu dengan Laa illaha ilAllah". 'Jadidu Imanakum bi Laa illaha ilAllah').

"Engkau dapat berjalan di atas air", orang-orang berkata kepada Abu Yazid. "Sepotong kayupun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid. "Engkau dapat terbang di angkasa". "Seekor burung pun dapat melakukan itu". "Engkau dapat pergi ke Ka’bah dalam satu malam". "Setiap orang sakti dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam". "Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati ?", mereka bertanya kepada Abu Yazid. Abu Yazid menjawab, "Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada selain Allah Swt.

Sedemikian khusyuknya Abu Yazid dalam berbakti kepada Allah, sehingga setiap hari apabila ditegur oleh muridnya, yang senantiasa menyertainya selama 20 tahun, ia akan bertanya,” Anakku, siapakah namamu?" Suatu ketika si murid berkata pada Abu Yazid, "Guru, apakah engkau memperolok-olokkanku. Telah 20 tahun aku mengabdi kepadamu, tetapi, setiap hari engkau menanyakan namaku". "Anakku", Abu Yazid menjawab,"aku tidak memperolok-olokkanmu. Tetapi nama-Nya telah memenuhi hatiku dan telah menyisihkan nama-nama yang lain. Setiap kali aku mendengar sebuah nama yang lain, segeralah nama itu terlupakan olehku".

Abu Yazid mengisahkan : Suatu hari ketika sedang duduk-duduk, datanglah sebuah pikiran ke dalam benakku bahwa aku adalah Syaikh dan tokoh suci zaman ini. Tetapi begitu hal itu terpikirkan olehku, aku segera sadar bahwa aku telah melakukan dosa besar. Aku lalu bangkit dan berangkat ke Khurazan. Di sebuah persinggahan aku berhenti dan bersumpah tidak akan meninggalkan tempat itu sebelum Allah mengutus seseorang untuk membukakan hatiku. Tiga hari tiga malam aku tinggal di persinggahan itu. Pada hari yang ke-empat kulihat seseorang yang bermata satu dengan menunggang seekor unta sedang datang ke tempat persinggahan itu. Setelah mengamati dengan seksama, terlihat olehku tanda-tanda kesadaran Ilahi di dalam dirinya. Aku mengisyaratkan agar unta itu berhenti lalu unta itu segera menekukkan kaki-kaki depannya. Lelaki bermata satu itu memandangiku. "Sejauh ini engkau memanggilku", katanya, "hanya untuk membukakan mata yang tertutup dan membukakan pintu yang terkunci serta untuk menenggelamkan penduduk Bustham bersama Abu Yazid ? "Aku jatuh lunglai. Kemudian aku bertanya kepada orang itu,"Darimanakah engkau datang ? "Sejak engkau bersumpah itu telah beribu-ribu mil yang kutempuh", kemudian ia menambahkan,"berhati-hatilah Abu Yazid, Jagalah hatimu! "Setelah berkata demikian ia berpaling dariku dan meninggalkan tempat itu. Menolak mereka hanya karena keingkaran mereka. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Kepada setiap perbuatanku yang tidak berkenan kepada-Mu limpahkanlah ampunan-Mu. Basuhlah debu keingkaran dari dalam diriku karena akupun telah membasuh debu kelancangan karena mengaku telah mematuhi-Mu. Kemudian Abu Yazid menghembuskan nafas terakhirnya dengan menyebut nama Allah pada tahun 261 H /874 M.
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net